AUTUMN IN PARIS#The Next Story
*Tara’s Story
Ini adalah musim gugur ketiga setelah kepergian Tatsuya. Berarti sudah tiga tahun berlalu sejak meningalkan Paris, kemudian terjadi sebuah kecelakaan yang sampai ia harus mengorbankan nyawanya. Ini merupakan sebuah hantaman besar bagiku, yang awalnya harus menerima kenyataan pahit bahwa Tatsuya-orang yang kucintai-adalah saudara seayah denganku. Kemudian, aku juga menerima kabar bahwa Tatsuya harus pergi dalam sebuah kecelakaan kerja. Ini jelas-jelas sebuah musibah beruntun yang harus kuterima dalam hidup ini.
Butuh tiga tahun untukku benar-benar bisa bangkit kembali dari lubang penderitaan. Aku sudah bisa kembali ke aktifitasnya seperti biasa, sebelumnya yang bisa kulakukan hanya meringkuk menangis di tempat tidur, dan kalaupun aku bangun pasti sudah seperti mayat hidup. Dengan wajah sayu dan pucat, tubuh lemah, lingkaran hitam di sekitar mata . Kini aku merasa sudah saatnya aku bangkit, aku juga harus membuka mata seiring matahari yang selalu terbit dari ufuk timur.
“Selamat pagi!” seseorang melingkarkan lengannya di pinggangku. Dari cara bicaranya, dan wangi tubuhnya aku tahu, dia Nichkhun. Aku tersenyum dan menoleh sekilas ke arahnya. Lalu ia mengecup keningku lembut. “Bagaimana tidurmu?! Apakah nyenyak??”
“ehm....tentu saja. Parfumn aroma terapi yang kupakai membuat tidurku sangat nyaman.” Jawabku sambil melihat pemandangan di luar jendela apartemenku.
“Tidakkah kau memimpikanku??”
Aku mengernyitkan kening dan menoleh ke arahnya. Lalu tertawa ringan. “Kau, memang pria paling percaya diri yang pernah aku temui.” Tidak bisa kupungkiri bahwa aku juga merasa nyaman bersamanya saat ini. Entah mengapa kehadirannya membuatku bisa sedikit melupakan kenangan pahit itu, walau tidak sepenuhnya.
“Hhaha... kau baru tahu sekarang?? Dan aku juga mau kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.” Aku tersenyum. Astaga-pria ini bahkan tahu bagaimana cara membuatku tersenyum. Kata-katanya terdengar sangat lucu ditelingaku.
Sesaat kemudian ia membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya. Aku kini bisa melihat dengan jelas sosok pria itu. Walau aku harus mendongak untuk melihat wajahnya, harus kuakui dia jauh lebih tinggi dariku. Kulit putihnya, wajah orientalnya-begitu mempesonaku. Tubuh kekarnya, dan lengan berototnya-yang kini melingkar di pinggangku-membuatku bisa merasakan dengan jelas kehangatan tubuhnya. Pesonanya terasa menghipnotisku saat itu juga.
Dimiringkannya wajahnya, dan disentuhkannya bibirnya ke bibirku. Aku sedikit kaget karena itu sangat tiba tiba. Namun seperdetik kemudian aku sudah tenggelam pada ciumannya yang sangat hangat. Bibirnya yang basah terasa nyaman dibibir mungilku. Untuk beberapa saat yang terasa sangat kekal itu, kami berciuman.
Ah ya! Pria itu, dia adalah Nichkhun. Lebih tepatnya Nichkhun Buck Horvejkul. Pria berdarah Thailand yang tinggal dan bekerja di Korea Selatan. Pria itu-yang kini sedang menciumku-adalah tunanganku. Kami belum lama bertunangan-kira kira baru sekitar 6bulan-dan kami berencana untuk menikah. Persiapan pernikahan sudah kami lakukan dan hampir seleai-sekitar75%. Aku mengenalnya dari Sandy-sepupuku-dan aku baru tahu kalau Nichkhun adalah teman pacar Sandy. Yah, mereka bergerak dibidang yang sama, maksudku-Nichkhun adalah salah satu member dari boyband terkenal 2pm-dia seorang penyanyi. Dia memiliki perawakan tinggi besar, dengan tubuh yang sangat atletis. Wajahnya orientalnya tampan, kulitnya putih dan lembut seperti bayi. Ehm...bisa dibilang penampilannya sangat keren dan modis. Penampilan yang akan kau temui jika kau melihat 2pm-grup asal Korea Selatan itu.
Ketika kami dikenalkan awalnya aku merasa belum menyukainya, well...karena kejadian pahit itu. Namun aku merasa untuk apa aku harus menunggu lama lagi, dan siapa yang aku tunggu. Lagipula Nichkhun merupakan pria yang baik-tampan tentu saja, lalu untuk apa aku harus menunggu lebih lama lagi. Dan aku rasa, Nichkhun adalah orang pertama yang bisa membuatku tersenyum, juga sedikit melupakan Tatsuya, walaupun belum sepenuhnya aku bisa melupakan orang yang sangat aku cintai itu.
Andai saja Nichkhun tidak membutuhkan oksigen mungkin ia tidak akan pernah melepaskan ciumannya pagi ini. Dan aku rasa ia juga sedikit kecewa saat ini berakhir. Aku hanya tertawa melihat ekspresi kesalnya. Dia benar benar sangat manis.
***
Hari ini kami harus pergi ke designer untuk memesan gaun pengantin. Aku pergi ke tempat yang diusulkan Elise, dan aku rasa itu tidak buruk. Kami menemukan banyak gaun yang bagus yang bisa kami pilih. Salah satu hal yang membuatku menyukai Nichkhun adalah dia bersedia mengantarku kemana saja yang aku mau sekalipun itu adalah neraka baginya-seperti saat ini. dan dia dengan antusias memilihkan gaun yang cantik untukku.
“Apa yang sedang kau lakukan, Nick??” aku berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya. Ia terlihat sedang mencoret coret selembar kertas dengan senyum yang mengembang. Kelihatannya ia merasa senang ketika melakukan itu.
Ia tidak langsung menjawab namun mengangkat dan memperlihatkan kertas itu padaku. Dalam kertas itu ada gambar-seperti gambar dalam komik-sepasang pria dan wanita yang mengenakan baju pengatin. Mereka terlihat tersenyum, dan sekelilingnya ada gambar hati yang banyak. Dan Nichkhun memberi judul ‘KHUNTORIA COPLE’. Maksudnya, KHUN untuk nichKHUN dan TORIA untuk vicTORIA-namaku. Aku baru tahu dari Sandy kalau Nichkhun memiliki mantan pacar yang juga bernama Victoria.
“Aku sedikit tidak suka dengan judulnya!’ aku pura pura sedikit marah. Dengan sedikit menekuk wajah, dan melipat tangan aku rasa sudah mirip dengan orang marah. Nichkhun mngerutkan keningnya.
“Kenapa?” tanyanya sederhana.
“Aku yakin KHUNTORIA COUPLE itu namamu dengan Victoria mantan pacarmu yang dulu, bukan untukku. Dan aku lebih suka dipanggil Tara, itu nama kecilku.” Jelasku.
“Aiisssssshhhh.........Tara-ya, tentu saja itu untukmu. Bagaima bisa aku memkirkan orang lain selagi aku sangat mencintaimu. Dan kalau saja aku memakai nama Tara, sepertinya itu sangat kurang pas kalau judulnya KHUNTARA, itu lucu.” Ia membela diri. Cara bicara sungguh aneh, dengan aksen Korea Thailand Perancis yang dicampur aduk. Aku merasa geli dan ingin sekali tertawa , juga ekspresinya yang sedikit bersalah dan tapi merasa benar yang aneh.
“Tapi tetap saja aku tak suka.” Hhaha...mungkin aku adalah orang yang paling keras kepala di dunia. Aku kembali membolak balik halaman catalog butik itu, dan melihat lihat beberapa gaun pengantin yang indah. Tadi aku sudah memilih beberapa, tapi seperti aku butuh referensi yang lain.”Gambarmu lumayan juga, seperti yang ada di komik Jepang.” Kataku tanpa mengalihkan pandangan dari catalog. Jepang. Tatsuya. Oh My God, kenapa aku harus teringat disaat seperti ini. Cepat cepat aku buang pikiran itu.
“Itu hinaan atau pujian??” Nichkhun menatapku. Aku melihat kearahnya.
“Tentu saja itu pujian. Gambarmu cukup bagus, kau bisa jadi seorang penulis komik saat kau pensiun jadi penyanyi nanti.” Ucapanku membuatnya tersenyum.
“Okay, kalau suka mempunyai suami seorang penulis komik, aku akan lakukan itu.” ucapnya santai. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati sebuah gaun. Kemudian mulai menyusuri setiap bagian dari gaun tersebut. Memeriksa-mungkin, entahlah aku kurang mengerti. Tapi dari caranya memperlakukan gaun itu terlihat ia sudah seperti seorang profesional. Mungkin 7tahun ia menjadi model dan publik figure membuatnya terbiasa dengan busana. “Gaun ini bagus, tapi terlalu rapuh. Aku rasa bahannya tidak terlalu kuat untuk udara dingin seperti saat ini. Oh iya! aku baru ingat, WO kita sudah menyelesaikan semuanya dan persis seperti apa yang kau mau, kemarin mereka menelponku.”
“Great! Aku suka ide makanan 4 musimku, dan 4 negaramu. Tapi sepertinya aku ingin menambahkan sushi.” Aku tertawa senang begitu juga Nichkhun. Wajahnya terlihat begitu ceria dan,....tampan. Oh My God-pria ini benar benar menghinotisku. Dia orang kedua yang membuatku merasa seperti ini setelah, ......Tatsuya. Ya Tuhan! Kenapa aku bisa memikirkannya lagi.
“Well, Tara-ssi. Kita punya makanan untuk musim panas, salju, semi, dan gugur tentunya. Dan sepertinya teman-teman kita akan sangat menikmati hidangan khas Korea, Thailand, Perancis, dan Indonesia, aku tahu ibumu pasti akan menyukai yang terakhir ini.” aku sedikit memaksa untuk tersenyum mendengar ucapannya. Melihatnya kali ini mengingatkanku akan Tatsuya. Entah kenapa seperti ini, padahal ia dan Tatsuya adalah 2 manusia yang sangat berbeda.
“Apa kau baik baik saja, chagi-ah??” tanya Nichkhun saat melihat perubahan ekspresiku.
“Tidak, aku baik baik saja!” aku mencoba untuk tersenyum. Tapi Nichkhun terlalu hafal dengan diriku. Ia mendekat ke arahku, dan memelukku. Aku hanya bisa menuruti ini, mungkin aku memang membutuhkan ini. Kutenggelamkan kepalaku ke dada bidangnya. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang seirama-ini membuatkku sedikit tenang-dan aroma tubuhnya seperti sebuah aroma terapi untukku.
Seorang pegawai masuk ke ruang tunggu dan sedikit kaget melihat kami berpelukan. Nichkhun segera melepaskan pelukannya dan tersenyum, yang seolah berkata ’aku minta maaf’ pada pegawai itu. Pegawai itu cukup mengerti, ia membalas senyum. “Modemoiselle Tara, gaun anda sudah siap, silahkan menuju ke ruang ganti!”
Aku melihat ke arah Nichkhun, dan ia tersenyum. “Masuklah, aku akan menunggu disini!” ucapnya. Lalu aku berjalan mengikuti pegawai itu masuk ke ruang ganti, sedang Nichkhun menungguku duduk di ruang tunggu sambil melihat lihat catalog.
Beberapa pegawai membantuku mengenakan gaun itu. Sangat susah sekali mengenakannya-karena gaun ini cukup berat, aku memilih desain yang simpel hanya beberapa payet mutiara di beberapa bagian gaun, tapi bagian bawah begitu besar dan lebar yang sepertinya cukup untuk tempat sembunyi 3 orang balita.
Ruang ganti ini cukup unik menurtku. Luasnya sekitar 9m2 dengan nuansa yang serba putih. Sofa putih, lantai keramik putih, kelambu putih, sampai bunga pajangan dinding yang juga berwarna putih. Dan uniknya lagi, 1 bagian dinding dari ruangan itu adalah kaca bening yang menghadap ke jalan. Huh! Bagaimana bisa kita beganti pakaian kalau hanya ada kaca bening yang menutupi? Tidakkah kita nampak dari luar?. Hhaha, ternyata ilmu pengetahuan sudah sangat maju tanpa kuketahui. Dinding kaca itu memang terlihat bening dari dalam dan kita bisa melihat orang lalu lalang di luar, tapi ternyata dari luar dinding itu terlihat gelap dan tidak ada seorangpun bisa menengok ke dalam. Benar benar menakjubkan.
Dua orang pegawai membantuku mengenakan mahkota dan menata rambutku. Ketika mataku melihat ke luar dinding kaca, sekilas aku melihat sosok yang sangat aku kenal berjalan melintas di depan Butik ini. Sosok itu sungguh seperti pria yang aku kenal, bertubuh jangkung, matanya sipit, dan dagu lancip itu, apakah dia...? mungkinkah dia masih hidup??
Aku keluar dari ruangan itu. Berlari tanpa menghiraukan apapun. Yang ada di kepalaku hanya sosok kurus yang berjalan sekilas di depan butik tadi. Semua orang meneriakkan namaku-termasuk Nichkhun. Tapi aku tidak perduli, yang aku tahu hanya berlari. Aku yakin pasti dia belum jauh, sehingga aku terus berlari. Namun, sudah jauh aku berlari aku tidak menemukannya. Sosok itu seakan menghilang ditelan bumi. Aku berhenti-menata kembali nafasku yang terengah engah, saat itu aku baru sadar , tenyata aku berlari mengenakan gaun pengantin. Orang orang menatapku dengan pandangan aneh.
“Chagi-ah!” aku hafal suara itu. Ternyata dia mengejarku. Aku membalikkan badan dan melihat ke arahnya. Ada guratan guratan khawatir di wajah tampannya. Seketika itu aku merasa sangat bersalah padanya, aku sudah melakukan hal bodoh dengan mengejar sesuatu yang abstrak sedangkan aku kini memilikinya. Oh! Nick, ma’afkan aku.
Aku berlari dan memeluknya. Lengan kekarnya melingkar ke tubuhku. Dan saat itu bulir bulir air mataku meleleh tanpa terkendali. “Nick?” ucapku lirih.
“Ehm....?” gumamnya tak kalah lirih.
“Apakah seseorang yang telah pergi bisa kembali dan berjalan di hadapanmu??” aku tahu ini pertanyaan yang bodoh, tapi aku tetap bertanya tentang ini. Dia tidak menjawab, dan sesaat kami hening. Lalu ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. “Ada suatu hal yang kadang kita tidak pernah tahu, dan itu mungkin saja terjadi.”
Aku terdiam. Mencoba mencernna kata katanya yang terlalu dalam.
“Dan seperti saat ini....” lanjutnya. “Aku tidak pernah tahu sisi ini dalam dirimu. Aku tidak berharap untuk tahu. Dan aku rasa kalau kau lebih memilih untuk menyimpannya sendiri.” Damn! Dia orang yang sangat mengerti diriku. Aku benci ini. Aku benci ketika aku mencoba membencinya, aku benci pada diriku sendiri yang masih saja mencari sosok orang lain yang jelas jelas tidak akan pernah kembali.
***
Dalam perjalanan pulang kami saling diam. Mobil ini terasa seperti kuburan di tengah gelapnya malam yang dingin. Nichkhun juga tidak menyalakan musik-yang bahasanya tidak aku mengerti-seperti biasanya. Dan dia membiarkanku untuk tenang. Kami menyibukkan diri dengan pikiran masing masing.
Nichkhun menghentikan mobilnya tepat di depan gedung apartemenku. Dan saat inilah ia mulai mengeluarkan suaranya. “Chagi-ah!” panggilnya.
“Ya?” jawabku. Menengok ke arahnya.
“Ehm..... Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu??” tanyanya ragu ragu. Mungkin-ia takut merubah suasana hatiku lagi.
Aku tertawa lirih. “Tentu saja. Tanyakan saja, kau tidak perlu takut.”
“ehm......apa kau...............” ia berhenti sejenak. Dan kudengarkan kelanjutannya dengan seksama. “ehm... menyukai jepang??” aku mengernyitkan kening, sedetik kemudian tertawa.
“Hhahaa.....jadi, kau hanya ingin bertanya apa aku menyukai jepang, Nick?? Tapi kenapa caramu bertanya yang begitu takut seakan dunia akan hancur setelahnya. Itu lucu. Hhaha.....” aku masih belum bisa menghentikan tawaku. Ini benar benar mengocok perut.
“Yeah! Kau selalu menyelipkan unsur unsur jepang dikalimatmu. Entah itu sushi, manga, dan segala jenis yang berbau jepang kau selalu menginginkannya.” Nichkhun mengemukakan pendapatnya. Tapi aku tidak bisa mengerti semua kata kata itu. tawaku masih saja berlangsung, sampai sampai aku mengeluarkan air mata karena ini. “Ya! Berhentilah tertawa! Aaaiiiiiisssshhhhhhh.........................pabo yeoja!”
“Hhaha....ehm...oke.” aku menghentikan tawaku, dan menghapus mataku yang cukup basah. “Tapi, berjanjilah untuk tidak berbicara dengan bahasa yang tidak kumengerti itu.”
“Arraseo!” ucapnya. Aku mendelik ke arahnya, dan ia tertawa.
“Well, yeah! Aku menyukai Jepang, dan semua yang berbau Jepang itu indah.” Hanya itu yang bisa kukatakan. Aku tidak bisa mengatakan lebih.
“Okay, aku rasa kau akan suka kejutan yang kuberikan di hari penikahan kita nanti.”
“Apa itu??” aku mengernyitkan kening. Penasaran.
“Tidak akan menjadi kejutan lagi kalau aku memberitahumu sekarang.” Ia mengedipkan matanaya nakal. “Cepat masuk, sudah malam. Kau harus menjaga kesehatanmu, aku tidak mau kau sakit di pernikahan kita besok lusa.” Nichkhun membukakan pintuku dan aku turun. Kemudian berjalan ke arah gedung apartemenku.
“Chagi-ah!” panggilnya dari dalam mobil. Aku menoleh. “Saranghae!” ucapnya. Aku tersenyum. Walaupun aku tidak pernah mengerti bahasa Korea, tapi aku sangat dan begitu mengerti arti kata yang satu itu. Aku juga mencintainya-mungkin-, lebih tepatnya aku sedang meyakinkan diriku bahwa aku juga mencintainya.
***
Hari ini adalah hari dimana menurut para gadis adalah hari yang paling membahagiakan. Tentu saja, aku juga merasakan itu. Hari ini aku akan menikah, yah, dengan pria yang aku pilih untuk menjadi pendampingku, Nichkhun. Aku berharap setelah ini aku bisa melupakan Tatsuya sepenuhnya-walau dalam hati kecilku menolak-dan hidup bersama Nichkhun. Ya Tuhan, ijinkan aku seperti itu.
Sejak tadi pagi beberapa orang membantuku berdandan dan mengenakan pakaian. Dan sekarang aku sedang duduk di ruang tunggu dengan anggun bak seorang putri, menunggu acara pernikahan dimulai. Aku merasa deg-degan, gugup, dan sebagainya. Perasaanku tidak karuan, aku benar benar tidak mengerti merasa bahagia atau sedih. Semuanya tidak pasti.
“Ayo sayang, acara akan segera dimulai.” Ibuku masuk dalam ruang ganti, dan dibelakangnya Elise menikuti. Aku menggangguk dan mereka membantuku berdiri. Cukup berat juga ternyata gaun ini. kami berjalan perlahan keluar. “Kau benar benar cantik hari ini, sayang. Semua mata pasti akan tertuju padamu.”
Aku tersenyum. “Berarti biasanya aku tidak cantik??” mendengar itu ibuku tertawa.
“Kau ini gadis yang cantik. Sudah, jangan bercanda lagi!” aku terkikik geli. Hah! Sudah lama sekali tidak menggoda ibuku.
Aku menggandeng tangan ayahku berjalan menuju Altar. Di depan, Nichkhun dengan setelan jas pengantinnya-terlihat begitu tampan-sudah menungguku. Ia tersenyum padaku. Aku merasa debaran jantungku melaju lebih cepat lagi, aku benar-benar gugup karena ini. Oh My God! Jadi ini rasanya menjadi seorang pengantin. Aku benar benar merasa deg degan. Dan suara dentingan piano itu membuat rasa gugupku semakin parah.
Astaga-aku semakin mendekati Altar dan rasa gugupku semakin menjadi. Kini aku sudah menggandeng lengan Nichkhun dan berjalan ke Altar. Tapi detak jantungku semakin cepat. Damn! Lagu itu sangat mempengaruhi suasana. Ekor mataku melihat ke arah piano, dan........
Ya Tuhan, benarkah itu?? apa yang kulihat ini nyata?? Benarkah dia......?? apa dia masih hidup?? Tubuh kurus itu, mata sipit itu, dagu lancip itu. Oh Tuhan! Jantungku seolah berhenti berdetak. Otakku tidak bisa berkir apa apa lagi. Aku bisa melihat mata abu-abunya, dia benar benar...............Tatsuya.
“Apa kau menyukai kejutanku Chagi-ah??” ucap Nichkhun lirih, tanpa menoleh ke arahku. “Aku memungutnya asli dari Jepang, bukan sushi, atau tokoh kartun, tapi benar-benar orang jepang.”
Deggg! Kini jantungku benar benar berhenti. Aku merasa berjalan sangat lambat. Kupindahkan pandanganku ke arah piano lagi, dan sesaat mata kami bertemu. Aku bisa melihat Tatsuya sedikit kaget ketika melihatku, namun ia langsung mengalihkan pandangan ke tuts tuts pianonya. Ya Tuhan! Haruskah aku menikah?? Sedang Tatsuya masih hidup??
“Saudara Nickhun Buck Horvejkul, apakah anda bersedia menikah dengan Victoria Dupont, dalam senang maupun sedih, dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin. Dan bersedia mencintainya selamanya??”
Ingin rasanya aku berlari, dan memeluk Tatsuya, lalu tidak akan pernah melepaskannya sampai kapanpun.
“Aku bersedia.”
Dan aku akan mengajak Tatsuya untuk meninggalkan tempat ini. Aku akan mengajaknya berlari. Berlari. Dan terus berlari. Meskipun kakiku sudah tidak sanggup lagi berlari, aku akan tetap berlari sampai menemukan tempat dimana tidak seorangpun menemukan kami. Aku dan Tatsuya akan hidup bahagia.
“Saudara Victoria Dupont, apakah anda bersedia menikah dengan Nickhun Buck Horvejkul, dalam senang maupun sedih, dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin. Dan bersedia mencintainya selamanya??”
Bahkan aku akan membunuh siapapun yang mengganggu kami. Aku tidak peduli kalaupun aku harus menjadi zombie pembunuh asal bersama Tatsuya aku akan melakukan itu.
“Saudara Victoria Dupont, apakah anda bersedia menikah dengan Nickhun Buck Horvejkul, dalam senang maupun sedih, dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin. Dan bersedia mencintainya selamanya??”
Lalu, bagaimana dengan Nichkhun?? Ia tidak tahu apa-apa. Haruskah aku menghianatinya dan meninggalkannya begtu saja. Padahal dia sangat mencintaiku. Haruskah aku menjadi egois dan mengorbankanya. Haruskah ia menjadi korban??
“Saudara Victoria Dupont,” ucap Pastur itu, dengan keras. Untuk yang ke-3 kalinya. “apakah anda bersedia menikah dengan Nickhun Buck Horvejkul, dalam senang maupun sedih, dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin. Dan bersedia mencintainya selamanya??” aku tersadar. Ini bukanlah ruang imajinasiku lagi. Aku sudah kembali pada kenyataan-yang tentu saja harus kuhadapi. Oh Tuhan! Berikan aku jawaban.
Sesaat kami hening, aku menatap Nichkhun dan Tatsuya bergantian. Dan sepertinya Tatsuya juga melihat ke arahku, dengan ekspresi yang susah kumengerti. Ini membuat hatiku kembali bimbang.
“Aku...............”
Dan kalau aku boleh memilih. Ijinkan aku membagi tubuhku menjadi dua. Aku ingin bersama Tatsuya, tanpa menyakiti Nichkhun. Tapi, aku hanya seorang manusia biasa, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku terlalu lemah. Yang bisa kulakukan hanya berdoa pada Tuhan. Oh Tuhan-berikan aku kesempatan satu kali lagi. Aku ingin bersama Tatsuya...........
-THE END-
Kosa kata:
· Chagi-ah : sayangku
· Pabo yeoja! : gadis bodoh
· Saranghae : aku mencintaimu